Apa kabar pembaca? Lama tak jumpe…(upin Ipin mode on). Maaf karena kesibukan yang dibuat-buat, blog ini lama sekali terbengkalai. Rasanya berdosa sekali membiarkan diri ini tak bergerak apapun demi terwujudnya cita-cita Indonesia yang kuat dari keluarga.
Kali ini saya akan mengajak pembaca untuk menengok ajaran sesepuh melalui tembang. Tembang Jawa (macapat) ini ternyata mengandung filosofi yang teramat dalam. Ada sebelas tembang yang selama ini kita kenal yang merupakan fase-fase dalam kehidupan kita.
- Fase ketika manusia masih dalam alam ruh (baca : masing mengambang dalam rahim)
- ketika manusia mijil, mbrojol atau lahir kedunia
- Fase ketika manusia sangat muda (enom). Ibarat kertas putih yang siap untuk digambar apapun. Masa ini adalah masa bermain dan bermain kira-kira umur 0-10 tahun. Fase terpenting dalam kehidupan seorang anak manusia.
- Fase seseorang yang memerlukan tuntunan (dari kata kanti, gandeng) kira-kira disinilah fase seorang anak membutuhkan tuntunan dan tauladan dari kita untuk menghadapi masa depannya kelak.
5. Asmaradhana
- Fase seseorang dikala memasuku akil baligh. Masa Puber, mulai jatuh cinta dan tertarik pada lawan jenis.
6. Gambuh
7. Dhandhanggula
- Fase mapan (cukup sandang, pangan, papan dan sejahtera)
8. Durma
9. Pangkur
10. Megatruh
11. Pucung
Terlepas dari apakah kita semua mengalami semua fase itu, yang penting adalah tugas kita sebagai orangtua untuk mempersiapkan anak-anak kita menjalani fase-fase itu dengan gemilang. Mempersiapkan dan mengantar. Menggandeng, bukan memaksa, menunjukkan kea rah cerah. Salam perubahan…“Latarkabunna Thobaqon An Thobaq”, “Sungguh kamu akan menjalani fase demi fase kehidupan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar