Senin, 09 Februari 2009

BUKU PARENTING AYAH EDY 2


Mengapa anak kita berbeda satu sama lainnya? Apa saja bedanya? Dan salahkah jika mereka berbeda? Itulah pertanyaan yang sering muncul ketika menghadapi persoalan-persoalan dalam mendidik anak. Pertanyaannya, mengapa para orang tua merasa kesulitan dalam mendidik anak?. Ayah Edy kembali menerbitkan buku (seperti janji saya dalam postingan terdahulu untuk mengulasnya), yang berjudul Mendidik Anak Zaman Sekarang Ternyata Mudah Lho…(asalkan tahu caranya). Buku yang diterbitkan oleh Penerbit PT. Tangga Pustaka ini pertama kali diluncurkan pada tanggal 22 Desember tahun lalu. Menurut Ayah Edy, mengapa para orangtua kesulitan mendidik anak, karena: tidak siap menjadi orang tua, mencari nafkah lebih penting daripada mendidik anak, tidak banyak referensi ilmiah yang jelas, terus muara dari semua permasalahn itu adalah karena kita tidak mau belajar!.
Ayah Edy juga menjelaskan perbedaan anak zaman dulu dan anak zaman sekarang. Seperti, anak zaman sekarang lebih mampu berpikir kritis, anak zaman sekarang lebih mampu memandang persoalan dari sudut yang berbeda, dan juga anak zaman sekarang lebih mempunyai keberanian mengungkapkan pendapatnya. Perbedaan-perbedaan itu, menurutnya karena perkembangan teknologi elektronik khususnya televisi,jenis makanan dan asupan gizi serta perkembangan budaya yang begitu pesat.
Perbedaan-perbedaan yang ada menimbulkan cara pandang yang salah juga mengenai anak. Beberapa cara pandang yang perlu kita waspadai antara lain: cara pandang hitam vs putih seperti : anak baik-anak jahat, anak pintar-anak bodoh dan seterusnya. Kemudian cara pandang yang menganggap jika orang tua baik pasti anaknya baik. Ini sama sekali salah sebab baik atau tidak tidak dipengaruhi genetika, melainkan habit atu kebiasaan buruk dari orang tua. Nanny Deborah (tim Nanny 911) mengatakan bahwa “Anak nakal bukan dilahirkan, tetapi dibentuk oleh lingkungan keluarganya. Dan cara pandang yang mengatakan orangtua lebih berpengalaman jadi lebih benar.
Begitu banyak pengaruh yang dating dar budaya eksternal dan mulai meluluhlantakkan pengaruh budaya keluarga. Ayah Edy juga mengutip 10 poin hasil penelitian Thomas Lickona terhadap tanda-tanda kemunduran suatu bangsa yang umumnya dibangun oleh budaya eksternal keluarga. yaitu:
-meningkatnya perilaku kekerasan di kalangan pelajar.
-pemakaian kata-kata yang buruk (ejekan,makian dan celaan).
-pengaruhteman lebih kuat daripada pengaruh guru atau orangtua.
-meningkatnya perilaku seks bebas dan penyalahgunaan obat terlarang.
-merosotnya perilaku moral dan meningkatnya egoisme pribadi.
-menurunnya rasa patriotisme.
-rendahnya hormat pada orang lain.
-meningkatnya perilaku merusak.
-ketidakjujuran merajalela.
-berkembangnya kebencian dan kecurigaan antarsesama.

Itulah akibat-akibat yang ditimbulkan dari disepelekannya pelajaran akhlak (character building). Dan di”utamakan”nya pelajaran yang mubazir seperti harus menghafal rumus akar kuadrat pangkat tiga, trigonometri dan sebagainya yang belum tentu berguna dalam kehidupan anak kita kelak.

Seberapa jauh kita mengenal anak kita? Apa akibat dari kegagalan mengenali anak? Dan beberapa pengalaman Ayah Edy dalam profesinya sebagai praktisi pendidikan disertai contoh kasus dalam program parenting mulai dari rumah-rumah sampai seminar di hotel-hotel berbintang melalui pendidikan yang berbasiskan pada pemahaman Multiple Inteligence dan Holistic Learning System, mengenai metode yang tepat dalam membimbing dan mengarahkan anak sesuai dengan fitrah mereka, akan anda dapatkan di buku ini. Buku yang terdiri dari 17 bab dan 113 halaman ini sudah beredar di toko-toko buku sejak akhir Desember lalu. Harganya murah sekali untuk ilmu yang sedemikian perlu. Cuma Rp. 29.500,-. Jadi buruan beli!!!




Tidak ada komentar: